Oleh : Ir. Tri Cahyono MSc, Dosen Fakultas Teknik UI
Keterkaitan Antara Sistem Transportasi dan Pengembangan Lahan.
Sistem transportasi dan pengembangan lahan (land development)
saling kait mengkait. Di dalam sistem transportasi, tujuan dari
perencanaan adalah menyediakan fasilitas untuk pergerakan penumpang dan
barang dari satu tempat ke tempat lain atau dari berbagai pemanfaatan
lahan. Sedangkan di sisi pengembangan lahan, tujuan dari perencanaan
adalah untuk tercapainya fungsi bangunan dan harus menguntungkan.
Acapkali kedua tujuan tersebut menimbulkan konflik. Hal inilah yang
menjadi asumsi mendasar dari analisis dampak lalu lintas untuk
menjembatani kedua tujuan di atas, atau dengan kata lain: Proses
perencanaan transportasi dan pengembangan lahan mengikat satu sama
lainnya. Pengembangan lahan tidak akan terjadi tanpa sistem
transportasi, sedangkan sistem transportasi tidak mungkin disediakan
apabila tidak melayani kepentingan ekonomi atau aktivitas pembangunan.
Hubungan antara Fasilitas Transportasi dan Perubahan Tata Guna Lahan
Hubungan antara fasilitas transportasi dengan pengembangan lahan secara skematik dapat dilihat pada gambar 1.1.
Gambar 1.1
Hubungan
ini memperlihatkan bahwa setiap upaya peningkatan fasilitas
transportasi akan berdampak terhadap perubahan tataguna lahan apabila
tidak ada upaya pengendalian. Pengendalian ini sangat penting agar upaya
peningkatan fasilitas transportasi dapat bermanfaat dan berdayaguna
seoptimal mungkin. Aksesibilitas memegang peran penting bagi para
pengembang lahan. Acapkali justru para pengembang lahan yang menciptakan
aksesibilitas ke lokasi yang dikembangkan agar kepentingan investasi
dapat terwujud. Pembatasan yang kaku terhadap perubahan tataguna lahan
akan sulit dilakukan mengingat sifat manusia dan kota
yang dinamis. Untuk ini suatu keseimbangan antara perubahan tataguna
lahan dan fasilitas transportasi perlu dilakukan. Gambar 1.2
memperlihatkan ilustrasi upaya penyeimbangan tataguna lahan dengan
fasilitas transportasi.
Gambar 1.2.
Beberapa hal yang mempengaruhi perubahan lahan antara lain sebagai berikut :
- Kebijaksanaan pemerintah baik tingkat nasional maupun daerah
- Perubahan pendapatan keluarga
- Perubahan preferensi keluarga dan keinginan-keinginan individual
- Teknologi transportasi dan struktur biaya transportasi
- Perubahan sistem transportasi
- Tingkat pelayanan yang disediakan oleh sistem transportasi
Perencanaan Transportasi Kota Versus Perencanaan Tapak
Perencanaan transportasi kota
secara tradisional mengidentifikasi kebutuhan transportasi dari suatu
pola tata guna lahan yang ada dan yang direncanakan pada masa datang.
Berdasarkan basis tata guna lahan, maka melalui empat tahapan proses
perencanaan diproyeksikan kebutuhan fasilitas tranportasi yang akan
mendukung aktivitas suatu kota. Walaupun demikian keluaran perencanaan transportasi kota tidak bersifat detail seperti kinerja simpang, efek pengembangan lahan utama dalam suatu zona tidak teridentifikasi.
Bangkitan Lalu Lintas dan Bangkitan Perjalanan
Bangkitan lalulintas dan bangkitan perjalanan secara terminologi berbeda arti. Bangkitan lalulintas (traffic generation)
bangkitan pergerakan dalam satuan kendaraan yang timbul akibat sesuatu
aktivitas tataguna lahan. Sedangkan bangkitan perjalanan (trip generation) merupakan bangkitan orang di dalam kepentingan analisis di dalam perencanaan transportasi kota.
Apabila di dalam perencanaan perjalanan menggunakan kendaraan pribadi
telah diperkirakan, maka dengan mengalikan nilai okupansi penumpang
rata-rata di dalam kendaraan akan didapatkan bangkitan lalulintas.
Aksesibilitas
Sistem transportasi merupakan elemen dasar insfrastruktur yang mempengaruhi pola perkembangan kota. Pengaruh berupa : Perubahan tingkat pelayanan. Perjalanan ke pusat kota
dari suatu daerah pemukiman tertentu berubah dari waktu ke waktu.
Akibat pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan perjalanan semakin meningkat
yang pada gilirannya menyebabkan kemacetan lalu lintas. aksesibilitas
atau tingkat pelayanan ke pusat kota menjadi menurun yang akhirnya merubah pola perkembangan kota. Pusat kota menjadi tidak menarik lagi dan aktifitas bergeser mendekati daerah pinggiran kota. Akhirnya terjadi perubahan daerah pemasaran akibat aktivitas dan meningkatnya waktu perjalanan.
Proses Perencanaan Lokasi
Perencanaan lokasi (site planning) dan proses perancangan (design)
pada umumnya dimulai dari keputusan mengenai ukuran dan bentuk bangunan
serta posisinya pada suatu lahan. Peletakan bangunan biasanya
berdasarkan alasan alasan estetika dan visual. Peletakan tempat parkir
dan jalan-jalan sirkulasinya dirancang kemudian di sekitar bangunan.
Akhirnya lokasi pintu masuk dan pintu keluar baru ditetapkan. Perbedaan
awal pandangan antara arsitek bangunan (pada umumnya) dan traffic engineer (kalaupun ada). Arsitek seialu berorientasi pada bangunan terlebih dahulu, sedangkan traffic engineer
berorientasi pada sejauh mana kondisi kinerja lalu lintas pada jalan di
sekitar lahan dikaitkan dengan penempatan akses masuk dan keluar.
Kurangnya perhatian terhadap hubungan tataletak bangunan dan akses dapat
menyebabkan masalah-masalah sebagai berikut:
- Kemacetan di dalam lokasi lahan akibat kapasitas jalan sirkulasi kurang memadai serta konfigurasi parkir yang kurang mendukung
- Kemacetan pada sistem jalan umum di luar lahan akibat aktivitas yang terjadi di dalam lahan itu sendiri
- Kemungkinan timbulnya kecelakaan lalulintas akibat tidak terkendalinya konflik arus lalulintas
- Keterbatasan fieksibilitas untuk penyesuaian rancangan atau perubahan sistem pengoperasian.
- Aktivitas Pengembangan Lahan
- Kurang memadai kapasitas akses
Aktivitas Utama
|
Detail Penggunaan (contoh)
|
Retail
|
Makanan/Non makanan
Satu unit toko/sejumlah toko
Pusat penjualan tanaman
Pompa bensin
|
Usaha (employment)
|
Perkantoran
Kawasan usaha (business park)
Kawasan Industri (industrial estate)
Pergudangan (warehousing)
|
Perumahan (residential)
|
Perumahan pribadi
Apartmen
Panti/tempat penampungan
|
Pendidikan
|
Sekolah (TK, SD, SMP, dan SMU)
Universitas/Perguruan Tinggi
Pusat kursus/Balai pelatihan
|
Hotel dan Restoran
|
Hotel
Motel
Restoran
|
Kesehatan
|
Rumah sakit
Praktek Dokter
Puskemas
|
Rekreasi
|
Olahraga
Taman hiburan
Bioskop
Pusat kesenian
|
Sebelum
memulai analisis dampak lalu lintas pertama kali kita harus mengenali
aktivitas-aktivitas yang dapat membangkitkan perjalanan. Dengan
mengenali deskripsi tataguna lahan, maka kita dapat mengetahui perkiraan
atraktif bangunan.
Di dalam suatu pengembangan lahan dapat saja beberapa aktivitas digabung menjadi tataguna lahan campuran.
Pemahaman terhadap pengembangan lahan mutlak diketahui pada awal analisis. Deskripsi yang perlu diketahui antara lain:
Æ Aktivitas campuran penggunaan lahan;
Æ Ukuran pengembangan;
Æ Tempat dan bentuk lokasi;
Æ Jumlah tenaga kerja;
Æ Akses;
Æ Jam pengoperasian;
Bentuk Pelayanan
Æ Tahapan Pengembangan
Ukuran
pengembangan, lokasi dan jumlah tenaga kerja merupakan variabel sebagai
basis estimasi bangkitan perjalanan (terminologi yang lebih tepat
adalah tarikan perjalanan). Walaupun demikian jumlah tenaga kerja adalah
variabel tersulit didapat mengingat pada saat perencanaan hanya ukuran
dan lokasi pengembangan saja yang paling mungkin didapat.
Pengembangan lahan yang sudah ada (existing use) merupakan
informasi yang paling penting pada perencanaan perluasan. Dampak lalu
lintas bangunan yang ada dapat diukur langsung dan dapat dijadikan
pembanding. Walaupun demikian besaran bangungan dan perilaku pengunjung
akan berbeda. Hal ini disebabkan terdapat kemungkinan perpidahan
pengunjung dari bangunan lama ke bangunan baru. Bangkitan pengunjung
baru secara relatif tidak sebesar sewaktu bangunan lama pertama kali
dioperasikan. Dari semua perencanaan tampak penerapan akses sangat
penting dan harus diperhatikan dari awal perencanaan.
Æ Prediksi Bangkitan Perjalanan
Hal-hal yang perlu dikonsiderasikan :
Ukuran
bangkitan perjalanan yang digunakan adalah bangkitan kendaraan dan
bukan bangkitan perjalanan individu orang sebagaimana diprediksi di
dalam perencanaan kota.
Bangkitan perjalanan individu yang tidak menggunakan kendaraan pribadi
secara tidak langsung tetap diperhatikan dengan penyediaan fasilitas
pendukung angkutan umum seperti jalur pejalan kaki dan tempat menunggu
bus (bus shelter). Hal ini
dilakukan dengan asumsi bahwasanya kendaraan pribadi merupakan
kontribusi terbesar untuk timbulnya konflik baru yang pada gilirannya
menimbulkan dampak bagi lingkungan sekitarnya.
Hal-hal yang harus dikonsider antara lain:
Æ Waktu dimana lalu lintas pada jaringan jalan dalam keadaan arus terpadat;
Æ Waktu dimana lalu lintas yang menuju atau dari suatu pengembangan dalam keadaan terbesar;
Æ Bagaimana hubungan antara kedua waktu di atas terhadap jaringan jalan maupun di dalam lokasi pengembangan;
Æ Apakah terdapat variasi musiman baik pada jaringan jalan maupun aktivitas di dalam lokasi pengembangan;
Æ Bangkitan perjalanan pada saat tidak sibuk (off peak) kalau dimungkinkan karena dibutuhkan untuk analisis dampak lingkungan secara keseluruhan (standar studi Amdal).
Definisi
satu kali perjalanan adalah satu kali perjalanan kelokasi pengembangan
atau satu kali perjalanan dari lokasi pengembangan. Penggunaan
perjalanan 2 arah (datang dan pergi) harus tidak dipergunakan karena
terminologi ini harus dinyatakan sebagai 2 perjalanan.
Metode Perkiraan Bangkitan Perjalanan
Terdapat 4 metode didalam memperkirakan bangkitan perjalanan, yaitu:
Æ Menggunakan prinsip-prinsip utama (first principles);
Æ Menggunakan persamaan (formulae);
Æ Menggunakan model kompleks (complex models);
Æ Melakukan perbandingan dengan mengembangkan yang sudah ada dan mirip dengan yang direncanakan (comparison method).
Prinsip-prinsip Utama
Metode
ini membuat asumsi-asumsi dasar dimana bangkitan perjalanan
diperkirakan terjadi seperti: kapan jam sibuk terjadi, berapa banyak
pekerja akan datang dan pergi dengan menggunakan kendaraan pribadi,
berapa banyak pengunjung akan datang dan pergi dengan menggunakan
kendaraan pribadi serta berapa nilai okupansi kendaraan yang datang ke
lokasi pengembangan. Metode ini sangat tidak akurat, tetapi sangat
berguna untuk memeriksa hasil dari metode-metode lainnya.
Persamaan
Penelitian-penelitian
dapat menghasilkan suatu formulasi bangkitan perjalanan dengan
menggunakan parameter-parameter tertentu seperti luas bangunan, jumlah
pekerja dan lain sebagainya. Penggunaan persamaan ini harus sedikit
hati-hati mengingat kondisi suatu daerah dimana penelitian tersebut
dilakukan belum tentu sama dengan daerah dimana analisis dampak lalu
lintas akan dilakukan.
Model Kompleks
Sangat
dimungkinkan untuk melakukan studi analisis dampak lalu lintas
menggunakan model kompleks berdasarkan suatu program komputer seperti land use transportation model.
Model ini akan menghasilkan sebaran perjalanan serta pembebanan lalu
lintas. Formula bangkitan perjalanan pada umumnya sudah terdapat di
dalam model, walaupun demikian penggunaan model ini sering kurang
akurasi seperti penetapan zona analisis serta asumsi-asumsi didalamnya,
mengingat model ini pada umumnya digunakan untuk perencanaan
transportasi kota.
Studi Banding
Metode
ini paling sering digunakan, khususnya untuk pengembangan berskala
lokal. Studi banding ini dapat dilakukan secara langsung dengan
melakukan survai pada objek yang sudah ada dan mirip dengan objek yang
akan dikembangkan. Selain itu studi banding dapat dilakukan oleh instasi
lain (di Amerika oleh Institution of Traffic Engineer, di Inggris oleh
Kumpulan data yang dihimpun oleh konsultan-konsultan dan dihimpun dalam
database TRICS).
Tabel berikut Memperlihatkan contoh bangkitan perjalanan dikaitkan dengan jenis aktivitas tata guna lahan.
Tabel Besaran dan unitisasi bangkitan perjalanan (Stover dan Koepke, 1983)
Jenis
Tataguna Lahan
|
Jenis Pengembangan
|
Bangkitan Per Hari
|
Perumahan
|
Apartmen
Kondominium
Komonitas orang tua
|
5,7 per unit
5,1 per unit
3,3 per unit
|
Institusi
|
Pendidikan tinggi
Sekolah menengah
Sekolah dasar
Rumah sakit
Perpustakaan
Bangunan pemerintah
|
2,2 per mahasiswa
1,3 per siswa
1,0 per siswa
9,4 per tempat tidur
58,4 per pegawai
64,6 per 1.000 kaki persegi
|
Komersial
|
Pusat perbelanjaan (regional)
Pusat perbelanjaan (lokal)
Perkantoran
Bank
Bengkel mobil
|
315 per netto are
949 per netto are
15 per 100 kaki persegi
43 per pegawai
57 per pegawai
|
Industri
|
Industri aneka
Kawasan industri
Gudang
|
79 per netto are
64 per netto are
81 per netto are
|
Unitisasi untuk pengukuran bangkitan perjalanan lalu lintas harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
Æ Fungsional, berkaitan dengan volume lalu lintas yang dibangkitkan;
Æ Relatif mudah didapatkan dan diukur;
Æ Menyediakan nilai-nilai yang konsisten.
Sedangkan masalah akurasi data sangat tergantung dari hal-hal sebagai berikut:
Æ Usia dari data;
Æ Variasi harian;
Æ Variasi lokasi;
Æ Lalu
lintas yang datang sejenak ke lokasi karena kebutuhan lokasi tersebut
pada jalur rute perjalanan sehari-hari oleh yang bersangkutan (passer traffic);
Æ Penggunaan lahan untuk berbagai bentuk usaha;
Æ Okupansi rata-rata kendaraan;
Æ Nilai variabilitas (minimum, maksimum, rata-rata, variasi standar);
Æ Jumlah sampel.
Contoh Soal
Sebuah
toko serba ada berikut swalayan dibangun terletak berseberangan dengan
pusat perbelanjaan. Luas toko adalah 20.000 meter persegi GLA (Gross Lease Area).
Diperkirakan setiap 100 meter persegi GLA menimbulkan bangkitan
perjalanan pada jam sibuk sebesar 6 kendaraan. Diperkirakan 25%
pengunjung datang dari pusat perbelanjaan diseberangnya
Jawab:
Jumlah perjalanan pada jam sibuk = 6 x 20.000/100 = 1.200 perjalanan;
Bangkitan perjalanan baru ke toko serba ada = 0,75 x 1.200 = 900 perjalanan;
Bila
diasumsikan kendaraan yang datang sebanding dengan kendaraan yang
keluar, maka pada jam sibuk bangkitan yang timbul akibat toko serba ada
adalah :
kendaraan datang = 0,5 x 900 = 450 kendaraan dan kendaraan keluar = 450 kendaraan;
Akibatnya
didalam analisis dampak lalu lintas jumlah 450 kendaraan yang datang
dan keluar dijadikan basis untuk melihat sejauh mana fasilitas
infrastruktur jalan yang ada masih dapat menampung tambahan lalu lintas
dan bagaimana penempatan pintu-pintu masuk dan keluar serta sirkulasi
dan tempat parkir yang harus disediakan.
Analisis Lalu Lintas
Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
Di
dalam analisis dampak lalu lintas terdapat tiga hal yang harus di
analisis. Pertama, analisis lalu lintas eksternal yang melihat sejauh
mana dampak tambahan lalu lintas akibat pengembangan lahan baru terhadap
sistem jaringan yang ada. Kedua, analisis titik-titik akses yang
melihat sejauh mana titik-titik akses dipilih sehingga memberikan dampak
negatif terkecil terhadap lalu lintas eksternal. Ketiga, analisis lalu
lintas internal meliputi analisis sirkulasi jalan internal dan kebutuhan
tempat parkir kendaraan.
Analisis Lalu Lintas Eksternal
Perencanaan lalu lintas eksternal melibatkan dua komponen, yaitu :
Æ Lalu lintas berorientasi ke lokasi (site-oriented traffic), yaitu lalu lintas dimana memiliki asal atau tujuan ke lokasi yang direncanakan.
Æ Lalu lintas tidak berorientasi ke lokasi (non site-oriented traffic),
yaitu lalu lintas yang tidak memiliki asal atau tujuan ke lokasi tetapi
melalui jalan dimuka atau disekitar lokasi yang direncanakan (through traffic)
Site-Oriented Traffic
Site-Oriented Traffic relatif lebih mudah diperkirakan dibandingkan dengan Non Site-Oriented Traffic karena hal-hal sebagai berikut:
Æ Aktivitas penggunaan lahan diketahui dari perencanaan arsitek dan pemilik bangunan;
Æ Jumlah lalu lintas yang diperkirakan dapat ditentukan secara langsung sesuai dengan metode-metode tertentu;
Æ Sebaran lalu lintas dapat diperkirakan karena terbatas pada jaringan jalan di sekitar lokasi.
Non Site-Oriented Traffic
Non Site-Oriented Traffic
merupakan arus lalu lintas menerus yang melalui lokasi pengembangan.
Asal tujuan lalu lintas jelas tidak diketahui pada level studi analisis
dampak lalu lintas. Perkiraan asal tujuan lalu lintas didapat dari studi
perencanaan transportasi kota
berskala makro. Di dalam studi analisis dampak lalu lintas pencatatan
lalu lintas menerus dilakukan dengan survai primer mencatat langsung
besarnya lalu lintas saat ini dan dengan faktor perumbuhan dapat
diperkirakan lalu lintas pada saat dibangun direncanakan di buka.
Sebaran dan Pembebanan Lalu Lintas
Metode Sebaran dan Pembebanan Lalu Lintas
Untuk Site-Oriented Traffic, metode sebaran lalu lintas (traffic distribution) dan pembebanan lalu lintas (traffic assignment)
dapat dilakukan secara bersamaan. Di dalam analisis dampak lalu lintas,
metode sebaran lalu lintas dapat dilakukan beberapa cara, antara lain:
Direct Knowledge; Isochrones; Gravity Model; Oppurtunity Model.
Direct Knowledge
Salah
satu contoh aplikasi ini adalah relokasi kantor, dengan dasar
pengetahuan tempat tinggal karyawan, maka untuk kantor baru sebaran dan
pembebanan lalu lintas dapat langsung diketahui. Hal ini juga dapat
dilakukan untuk perluasan suatu usaha seperti pusat perbelanjaan. dengan
melakukan survai pada kondisi eksisting, maka sebaran dan pembebanan
lalu lintas akibat pertambahan lalu lintas dapat dianggap sama dengan
kondisi saat ini.
Isochrones
Pendekatan ini sering digunakan dengan mengembangkan Primary Market Area
(PTA) yang disesuaikan dengan waktu perjalanan rata-rata. Sebagai
contoh Tabel berikut memperlihatkan PTA untuk berbagai aktivitas tata
guna lahan.
Tabel Primary Trade Area untuk Berbagai Tata guna Lahan
Jenis Aktivitas Tataguna Lahan
|
Waktu Tempuh Maksimum PTA
|
Pusat Perbelanjaan Regional
|
20-30 menit
|
Pusat Perbelanjaan
|
15-20 menit
|
Pertokoan Lokal
|
10 menit
|
Kawasan Industri
|
30 menit
|
Contoh Soal
Direncanakan
toko serba ada berikut pasar swalayan sesuai contoh pada besaran dan
unitisasi bangkitan perjalanan, akan dibangun di lokasi seperti terlihat
pada gambar 5.1a berikut :
Secara singkat analisis dampak lalulintas dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1.
Bangkitan lalulintas pada jam sibuk sudah diperkirakan pada contoh soal
pada besaran dan unitisasi bangkitan perjalanan dan didapat 450
kendaraan menuju ke lokasi dan 450 kendaraan meninggalkan lokasi.
2. Kemudian, dicari PTA (primary trade area), yaitu waktu tempuh sekitar 15 hingga 20 menit yang kemudian digambarkan isochome-nya seperti terlihat pada Gambar 5.1 b.
3.
Bila persentase sebaran lalulintas dianggap linier dengan jumiah
penduduk, maka dengan diketahuinya jumiah penduduk pada zone-zone
analisisnya di dalam isochorne-nya persentase sebaran lalulintas juga akan diketahui seperti terlihat pada berikut :
Tabel Perkiraan Persentase Sebaran Lalulintas (Contoh Soal)
Zone Analisis
|
Jumiah Penduduk
|
Persentase Sebaran Lalulintas
|
A
|
1 0.000 jiwa
|
25,00%
|
B
|
5.000 jiwa
|
12,50%
|
C
|
7.500 jiwa
|
18,75%
|
D
|
5.000 jiwa
|
12,50%
|
E
|
12.500 jiwa
|
31,25%
|
Total
|
40.000 jiwa
|
100,00%
|
4.
Sebaran lalulintas kemudian dicari dengan mendistribusikan ke zone-zone
analisis jumiah total bangkitan lalulintas seperti terlihat pada
berikut. Kemudian dibebankan ke dalam sistem jaringan jalan seperti
terlihat pada Gambar 5.1c.
Tabel Sebaran Lalulintas Toko Serba & Pasar Swalayan (Contoh Soal).
Zone Analisis
|
PersentaseSebaran Lalulintas
|
Volume DatangLokasi Pada JamSibuk
|
Volume KeluarLokasi Pada JamSibuk
|
A
|
25,00%
|
1 1 3 kendaraan
|
1 1 3 kendaraan
|
B
|
12,50%
|
56 kendaraan
|
56 kendaraan
|
C
|
18,75%
|
84 kendaraan
|
84 kendaraan
|
D
|
12,50%
|
56 kendaraan
|
56 kendaraan
|
E
|
31,25%
|
141 kendaraan
|
141 kendaraan
|
Total
|
100,00%
|
450 kendaraan
|
450 kendaraan
|
Dengan menambahkan volume arus menerus (through traffic), maka
dapat diukur kinerja simpang maupun ruas di sekitar lokasi apabila
perbedaan sebelum dan sesudah ditambah bangkitan lalu lintas akibat
pengembangan lahan cukup besar di atas kapasitas, maka harus dilakukan
upaya-upaya perbaikan.
Gravity Model
Aplikasi Gravity Model sama dengan proses yang umum dilakukan untuk sebaran perjalanan pada perencanaan transportasi kota. Persamaan umum adalah sebagai berikut:
Xij = aPj Tijb
Dimana
Xij = proporsi perjalanan (dalam satuan kendaraan) dari zona I (zona lokasi pengembangan) ke zona
Pj = proporsi dari zona j
Tij = waktu tempuh/jarak/biaya antar zona I dan j
a,b = koefisien distribusi ( b selalu negatif, dan nilai sebesar –2 pada umumnya terlalu rendah.
Opportunity Model
Model
ini merupakan model yang kompleks dimana semua efek alternatif
pengembangan diperhatikan. Salah satu aspek yang menarik adalah
perencanaan pusat perbelanjaan. Bangkitan perjalanan (dan lalulintas)
pada shopping model yang digunakan oleh pengembang retail pada dasarnya berbasis aspek perputaran uang (financial turnover)
dan bukan perjalanan. Di dalam model ini perlu dikaji hubungan antara
perputaran uang dengan perjalanan khususnya yang berkaitan dengan pusat
perbelanjaan.
Format Analisis Dampak Lalu lintas
Kapan Suatu Pengembangan Harus Melakukan Analisis Dampak Lalulintas ?
Di
Indonesia pengaturan analisis dampak lalulintas belum sebaku analisis
dampak lingkungan (Amdal). Di DKI Jakarta acapkaii analisis dampak
lalulintas dijadikan bagian dari analisis dampak lingkungan, khususnya
sewaktu membahas aspek transportasi.
Tidak
semua pengembangan harus melakukan kajian analisis dampak lalulintas,
khususnya pengembang berskala kecil. Permasalahan definisi skala kecil
perlu ditetapkan. Sedangkan skala yang sangat besar sehingga merupakan kota di dalam kota mungkin harus dilakukan suatu studi makro terlebih dahulu (perencanaan transportasi kota) sebelum masuk ke kajian analisis dampak lalulintas untuk unit-unit bangunan di dalamnya.
"Warrant"Analisis Dampak Lalulintas di Inggris
Sebagai ilustrasi di lnggris telah dibuat warrant untuk kajian analisis dampak lalulintas (TUE, 1997), yaitu:
pengembangan
perumahan yang melebihi 200 unit bangunan kawasan niaga dengan gross
floor area (GFA) melebihi 5.000 meter persegi pergudangan dengan GFA
melebihi 10.000 meter persegi pertokoan dengan G FA melebihi 1 000 meter
persegi 100 perjalanan (kendaraan) masuk dan keluar pada jam sibuk ke
suatu bangunan atau bangunan dengan memiliki petak parkir untuk 100
kendaraan atau lebih dengan akses tunggal ke jalan umum terdekat.
Laporan Analisis Dampak Lalulintas
Laporan analisis dampak lalulintas (modifikasi dari TUE,1997) setidak-tidaknya berisi hal sebagai berikut:
1. Ringkasan Non-Teknis, berisi resume non teknis mengenai deskripsi pengembangan dan proyeksi lalulintas.
2. Kondisi Saat
lni, berisi deskripsi keadaan lalulintas saat ini termasuk juga
fasilitas infrastruktur transportasi di sekitar lokasi, manajemen
lalulintas, fasilitas angkutan umum dan kebijakan transportasi yang
diterapkan oleh pemerintah daerah setempat (seperti retribusi parkir dan
lain sebagainya).
3. Proposal Pengembangan,
berisi deskripsi bangunan yang direncanakan dibangun dengan semua
aspeknya seperti koefisien dasar bangunan, luas bangunan dan jumiah
petak parkir.
4. Bangkitan Lalu lintas,
berisi kuantifikasi perkiraan bangkitan lalulintas yang timbul
bedasarkan suatu metode yang digunakan. Perkiraan ini harus menunjukan
bangkitan lalulintas per hari dan pada jam sibuk (baik jam sibuk
lalulintas di jalan maupun jam sibuk di dalam lokasi). Perkiraan ini
meliputi kondisi pada hari kerja dan hari libur (khususnya yang dapat
membangkitkan lalulintas pada hari libur). Apabila terdapat tahapan
pengembangan juga harus dikaji bangkitan lalu lintasnya.
5. Sebaran Lalulintas,
berisi deskripsi daerah pengaruhnya dan konsiderasinya, identifikasi
jenis-jenis perjalanan (perjalanan utama dan perjalanan bukan utama),
identifikasi sistem jaringan jalan dan zona analisisnya yang diakhiri
dengan kuantifikasi sesuai bangkitan lalulintas dan waktu pengamatan
yang dibahas pada butir 4 di atas.
6. Pembebanan Jaringan Jalan,
berisi antara lain identifikasi rute-rute lalulintas utama, pembahasan
konflik pada simpang-simpang terdekat dan titik-titi akses.
7. Upaya Penanggulangan.
berisi usulan penanggulangan apabila pembebanan lalu lintas menyebabkan
kinerja jaringan jalan menjadi buruk serta tahun target pengujiannya
(sewaktu bangunan dioperasikan secara penuh atau tahapan apabila
pengembang melakukannya).
8. Dampak Sistem Jaringan Jalan,
berisi kajian dari perubahan detail rancangan, apakah terdapat kondisi
yang tidak memenuhi standar, aspek-aspek keselamatan lalulintas dan
fasilitas angkutan umum serta pejalan kaki.
9. Sirkulasi Internal,
berisi rancangan sirkulasi internal, titik-titik akses ke lokasi serta
rancangan tempat parkir dan fasilitas menaikan dan menurunkan barang
serta fasilitas untuk kondisi darurat.