Konsep-Konsep Pengembangan Wilayah
1. Pusat-Pusat
Pertumbuhan
2. Pengembangan
Ekonomi Lokal
3. Strategi Pengembangan Ekonomi
-
Location Quotient Analysis (LQ)
-
Shift – Share Analysis
4. Pembangunan Ekonomi Berbasis Wilayah
5. Pengembangan Wilayah Berbasis Kompetisi
---------------------
Strategi pengembangan pusat-pusat pertumbuhan merupakan
strategi yang didasarkan pada pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang/merata.
Dalam konteks pengembangan wilayah, pendekatan berdasarkan strategi ini paling
banyak digunakan baik secara ekonomis maupun praktek. Tujuan dari strategi ini
adalah pembangunan pada sektor-sektor utama pada lokasi-lokasi tertentu,
sehingga akan menyebarkan kemajuan ke seluruh wilayah.
Ada beberapa strategi pengembangan wilayah dengan konsep
pusat-pusat pertumbuhan ini (Parr, 1999), yaitu:
(a) Membangkitkan kembali daerah
terbelakang (depressed area),
Daerah terbelakang dipandang sebagai daerah yang memiliki
karakteristik tingginya tingkat pengangguran, pendapatan perkapita rendah,
kesejahteraan penduduk di bawah rata-rata, serta rendahnya tingkat pelayanan
fasilitas dan utilitas yang ada. Strategi ini dilakukan untuk menciptakan
struktur ruang wilayah yang lebih kompetitif. Pendekatan yang dilakukan adalah
dengan mengkombinasikan antara pergerakan modal secara inter-regional.
Tujuannya adalah mencegah modal ke luar wilayah, serta mencegah tingginya
populasi di daerah tersebut. Hasil yang kemudian diharapkan adalah berupa
transformasi struktur ruang ekonominya.
(b) Mendorong dekonsentrasi wilayah,
Strategi ini dilakukan guna menekan tingkat konsentrasi
wilayah, serta bertujuan untuk membentuk struktur ruang yang tepat, khususnya
pada beberapa bagian dari wilayah non-metropolitan. Artinya, pengembangan yang
dilakukan adalah pada wilayah non-metropolitan, untuk menekan perannya yang
sudah terlalu besar. Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah perlunya
mempertimbangkan faktor lokasi pengembangan, bahwa tidak semua lokasi layak
dijadikan sebagai pusat pertumbuhan.
(c) Memodifikasi sistem kota-kota,
Tujuan strategi ini adalah untuk mengontrol urbanisasi menuju
pusat-pusat pertumbuhan, yaitu dengan adanya pengaturan sistem perkotaan yang
memiliki hierarkhi yang terstruktur dengan baik dan diharapkan akan dapat
mengurangi migrasi penduduk ke kota besar.
(d) Pencapaian terhadap keseimbangan
wilayah,
Strategi ini muncul akibat kurang memuaskannya struktur
ekonomi inter-regional yang biasanya dengan mempertimbangkan tingkat
kesejahteraan, serta yang berhubungan dengan belum dimanfaatkannya sumber daya
alam pada beberapa daerah.
Selanjutnya ia mengungkapkan beberapa karakteristik dari
strategi pusat-pusat pertumbuhan tersebut, yaitu sebagai berikut :
a)
Mendorong pertumbuhan lapangan kerja dan populasi dalam suatu
wilayah pada sebagian lokasi atau pusat yang telah direncanakan pada satu
periode tertentu,
b)
Dibutuhkan pembatasan jumlah lokasi-lokasi atau pusat-pusat
yang dirancang sebagai pusat,
c)
Diperlukan seleksi/diskriminasi keruangan di antara lokasi-lokasi
yang ada,
d)
Modifikasi struktur keruangan terhadap lapangan pekerjaan dan
populasi dalam wilayah.
Selanjutnya terdapat beberapa kerangka batasan dalam
pembuatan keputusan dalam kaitannya dengan perencanaan ekonomi wilayah,
batasan-batasan tersebut adalah sebagai berikut (ibid) :
a)
Diagnosis yang harus hati-hati terhadap permasalahan wilayah
serta artikulasi yang jernih terhadap konsistensi tujuan berdasarkan
perencanaan yang realistis, juga berdasarkan pada keterbatasan yang menyangkut
kelayakan ekonomi dan teknis, ketersediaan sumber daya dan penerimaan secara
politik,
b)
Mengetahui secara mendalam tentang aktivitas ekonomi dalam
wilayah, termasuk mengetahui sejauh mana struktur hubungan antara sektor
ekonomi dengan struktur ruang wilayahnya,
c)
Apresiasi terhadap pertumbuhan eksisting serta antisipasi
terhadap penyebaran pertumbuhan, apakah itu di antara wilayah dalam lingkup
nasional, antara kawasan dengan wilayah atau dalam suatu sistem kota,
d)
Identifikasi yang memadai terhadap instrumen kebijakan yang ada,
termasuk kapasitas dari struktur administrasi,
e)
Penelitian yang hati-hati terhadap resiko dan kemungkinan
kesuksesan yang berhubungan dengan aspek sektoral dan keruangan,
f)
Pengertian terhadap operasional dari keterkaitan dan
interaksi di antara beberapa elemen yang terkait.
Kemudian ada 3 (tiga) dasar rasional yang mempengaruhi
kinerja pusat pertumbuhan secara keseluruhan :
1. Konsentrasi
prasarana kota pada pusat pertumbuhan,
Pemusatan prasarana kota pada pusat-pusat pertumbuhan
didefinisikan dalam konteks yang luas yang dimaksudkan untuk mendukung tujuan
utama ekonomi dan tujuan sosial. Dalam konteks belanja publik ada sebuah
justifikasi terhadap hal tersebut, yaitu tipe prasarana yang dibatasi pada
fasilitas yang memiliki skala pelayanan yang luas. Untuk prasarana transportasi
termasuk di dalamnya pembangunan baru dan peningkatan jalan dengan fokus pada
pusat pertumbuhan yang telah direncanakan, atau dengan kata lain yang
menghubungkan pusat pertumbuhan dengan daerah-daerah belakangnya. Prasarana yang
berskala luas ini akan menimbulkan eksternalitas, sehingga akan membuat daerah
menjadi lebih atraktif bagi perusahaan dalam konteks lokasi dan menstimulasi
masuknya investasi ke dalam pusat pertumbuhan. Untuk melengkapi prasarana
tersebut harus didukung oleh kebijakan pembangunan yang dikeluasrkan oleh
pemerintah daerahnya.
2. Konsentrasi
aktivitas perekonomian (aglomerasi)
Konsentrasi / aglomerasi aktivitas perekonomian di pusat
pertumbuhan terutama industri yang memiliki keterkaitan ke depan (forwad linkage)
dan kaitan ke belakang (backward linkage). Hal ini akan dipengaruhi oleh aliran
investasi yang masuk langsung ke dalam pusat pertumbuhan dan dikaitkan dengan
eksploitasi aglomerasi ekonomi. Konsentrasi aktivitas ekonomi ini sangat
bergantung pada kelengkapan prasarana kota.
3 .Kutub yang
direncanakan berdasarkan keunggulan komperatifnya,
Hal ini terutama didasarkan pada kebijakan spasial untuk
mengembangkan pusat pertumbuhan dengan melihat aspek keunggulan komperatif
daerah, kependudukan dan kinerja ekonomi daerah. Bagaimanapun juga rasionalitas
dari strategi pusat pertumbuhan memunculkan dua pola yang berbeda, pertama
adalah struktur ruang wilayah mengalami perubahan yang radikal dengan
pertumbuhan pada kutub yang direncanakan yang disertai oleh redistribusi utama
dari populasi dan pekerja dengan gaji murah (low-cost labor) ke dalam pusat dan
dengan menimbulkan efek ke sektor lainnya, yaitu perdagangan dan jasa. Semua
itu akan mendorong masuknya investasi ke dalam pusat pertumbuhan dan
meningkatkan kinerja ekonomi wilayahnya.
Daftar Pustaka:
Parr, John B, Growth Pole Strategies in Regional Economic
Planning : A Retrospective View, Carfax Publishing 1999.
Nawanir, Hanif (2003), Studi Pengembangan Ekonomi dan
Keruangan Kota Sawahlunto Pascatambang, Tesis Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro (2003)