Salah satu kota yang menjadi eksperimen perencanaan kota modern yakni kota Semarang.
Sejarah Perencanaan kota Semarang kurun waktu 1900 – 1970 merupakan bagian penting sejarah perencanaan kota Indonesia yang sangat menarik untuk dibahas bila dihubungkan dengan sejarah sosial yang terjadi di saat itu. Kurun waktu tujuh puluh tahun tadi perlu disoroti dalam empat periode yakni periode awal dari tahun 1900-1942 dan kemudian diamati pada tahun 1942-1945, tahap 1945-1965 dan diakhiri dengan membahas tahapan pada periode 1965-1970 yang sebetulnya merupakan periode awal orde baru yang tidak akan tuntas untuk dibahas.
Dari periodisasi ini tulisan ini akan menyoroti lahirnya perencanaan kota modern yang diawali dengan proses desentralisasi ditahun 1906 yang mana setiap kota semarang mendapat kebebasan untuk menyusun anggaran belanjanya serta mencari dana bagi pengembangan kotanya tanpa persetujuan dari pemerintah pusat di Jakarta. Pada periode awal perencanaan modern kota semarang, untuk pengembangan kearah selatan, pihak pemerintah kota mengadakan pameran pembangunan yang sangat terkenal dengan nama koloniale tentoonsteling. Perencanaan pengembangan kota ke arah selatan ini baru bisa direalisasi setelah datangnya Thomas kartsten 1916 yang meninggalkan pola pembagian masyarakat menurut etnis menjadi kelas ekonomi.
Pada periode 1945-1965, akan disoroti proses urbanisasi yang terjadi dikota dengan berkembangnya perkampungan dan masuknya masyarakat perdesaan ke Semarang. Pada periode ini akan diulas peran Bung Karno dalam pengembangan kota semarang bagian tengah dengan dibangunnya simpang lima. Bagaimanakah implementasi perencanaan kota pada era pasca Kolonial?.Periode terakhir yang akan dibahas adalah periode 1965-1970. Jatuhnya Bungkarno dan naiknya Soeharto adalah pudarnya sosialisme. Pada periode ini akan dibahas bagaimana modal menguasai kota dan perencanaan kota yang dikendalikan oleh pemilik modal. Tentu saja akan diulas mengenai perencanaan perumahan Tanah Mas dan penghancuran berbagai bangunan kuna di kota Semarang
Read More in: the City Planning of Semarang 1900-1970
From Pratiwo, Pratiwo was trained as an architect and urban planner in Gadjah Mada University (Ir), Katholieke, Universiteit Leuven ( M Arch), and Technische Hochschule Aachen (Dr.-Ing). He was formerly a lecturer at private universities in Semarang and Jakarta. Since 2002, he has stopped teaching. Now he is practicing urban planning and design, and writing on several topics of architecture and urban design as a free researcher.