Ratcliffe (1974), mengkategorikan hirarki pusat perbelanjaan menjadi lima bagian sebagai berikut :
a) Pusat Regional
Melayani
penduduk lebih dari 300.000 dan menyediakan berbagai macam fasilitas
perdagangan khusus dan deptstore. Kebanyakan konsumen membeli durable
good. Pusat perdagangan regional menerima lebih kurang 15 % dari jumlah
total belanja konsumen.
b) Pusat Sub Regional
Melayani
100.000-300.000 dan menyediakan fasilitas perbelanjaan toserba dan
masih trdapat spesialisai tetapi lebih terbatas dari pasar regional.
Menyerap Lebih kurang 40% pengeluaran perbelanjaan konsumen.
c) Pusat Distrik atau komunitas
Melayani
kurang dari 50.000 penduduk dan menyediakan bermacam toko dan pasar
swalayan tetapi hanya ada sedikit fasilitas perbelanjaan. Khusus pusat
distrik atau komunitas cenderung untuk bercampur dengan pusat
lingkungan. Menerima lebih kurang 25 % dari total pengeluaran konsumen.
d) Pusat Lingkungan
Sering tidak bisa dibedakan dengan pusat distrik, yang menyediakan lebih kurang 12 toko untuk melayani 10.000 penduduk.
e) Pasar lokal
Terdiri
atas beberapa toko dan melayani sampai dengan 2000 penduduk. Pusat ini
menerima lebih kurang 20 % dari total pengeluaran konsumen.
Terdapat beberapa jenis fasilitas perdagangan sesuai dengan lokasi dan skala pelayanan (Yeates dan Garner, 1980), yaitu :
a) Nucleatios (Daerah pusat-pusat perdagangan berkelompok)
Daerah
untuk jenis fasilitas ini biasanya tersebar merata di seluruh kota dan
mempunyai hirarki. Jumlah tingkatan dari hirarki dan barang-barang yang
dijual tergantung pada ukuran kota.
Pertumbuhannya
secara spontan maupun sesuai dengan perencanaan. Pertumbuhan secara
spontan biasanya terdapat di tempat-tempat yang mempunyai aksesibilitas
tinggi bagi penduduk yang dilayaninya, seperti di persimpangan
jalan-jalan utama, di pusat-pusat lingkungan, dan sebagainya.
b) Ribbons (Daerah perdagangan sepanjang jalan)
Daerah
untuk jenis fasilitas ini biasanya terdapat dan berlokasi di
jalan-jalan utama yang sering dilalui masyarakat. Kebutuhan terhadap
lokasi yang paling sentral tidak terlalu diperhitungkan, tetapi
mempunyai aksesibilitas maksimum kepada penduduk yang dilayaninya.
Berbagai
tipe/jenis daerah perdagangan ini biasanya mempunyai lokasi yang berbeda
di suatu kota, tetapi membentuk pita-pita yang saling berhubungan,
seperti :
1) Daerah perdagangan tradisional (traditional shopping street)
2) Daerah perdagangan di jalan utama kota (urban arterial)
3) Daerah perdagangan ke daerah sub-urban (new sub-urban ribbon)
4) Daerah perdagangan dekat jalan-jalan utama antar kota
c) Specialized Areas (Daerah-daerah perdagangan khusus)
Daerah perdagangan khusus ini terdiri dari 2 jenis, yaitu :
1) Menjual
barang-barang atau memberi pelayanan khusus yang sama/serupa, misalnya
daerah pembuatan sepatu, kaos, rekreasi, dan sebagainya.
2) Menjual/melayani
kebutuhan-kebutuhan yang saling terkait secara fungsional, misalnya
suku cadang mobil, meubel, dan barang-barang kebutuhan rumah tangga
lainnya.
Berry (1963), menyatakan bahwa struktur perdagangan kota memiliki 3 kelas yaitu :
a) Terpusat, yaitu toko yang menyediakan kebutuhan hidup yang berkumpul pada satu lokasi tertentu.
b) Pita, yang berorientasi pada jalan raya. Jalan-jalan yang mempunyai aksesibilitas tinggi.
c) Daerah khusus, terdapat pembagian dari daerah-daerah seperti pusat perkantoran, pusat mebel, dan lain-lain.
Selanjutnya Iswardono (1990) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan akan suatu barang :
a) Harga barang itu sendiri
b) Pendapatan konsumen
c) Harga barang lain yang bersifat substitusi maupun komplementer terhadap barang tersebut
d) Selera konsumen
e) Faktor lainnya
Sedangkan Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran :
a) Harga faktor-faktor produksi
b) Teknologi
c) Pajak dan Subsidi
d) Harapan harga
e) Jumlah perusahaan dalam industri
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan
bahwa karakteristik perdagangan terdiri dari beberapa tingkatan sesuai
dengan daerah atau lokasinya, skala pelayanan maupun jenis fasilitas
perbelanjaan.
Daftar Pustaka:
Asteriani,
Febby (2005). “Analisis Peringkat Faktor-Faktor Pemilihan Lokasi Ruko
Dari Sudut Pandang Pengguna dan Pengembang Ruko Di Kota Pekanbaru”.
Tesis S-2 MPKD, UGM, Yogyakarta.
Berry,B.J.L.,(1993). The Global Economy. A.Simon and Schuster Company, New Jersey.
Devas, N Rakodi, C., (1993). Managing Fast Growing Cities. Longman, Singapore.