Pembangunan berkelanjutan (Sustainability) dan Pembangunan Pedesaan


Pembangunan berkelanjutan (Sustainability) dalam Konteks Wilayah Pesisir

Sustainability adalah pemanfaatan bentuk-bentuk modal (sumber daya alam; sumberdaya manusia; sumberdaya buatan; sosial budaya) secara terkontrol dan bijaksana, untuk memastikan bahwa generasi sekarang dan generasi mendatang dapat mencapai tingkat ekonomy security yang tinggi dan mewujudkan democracy disamping terciptanya Ecological integrity (integritas lingkungan) dalam seluruh kehidupan mereka. Pembangunan berkelanjutan tergantung pada 3 elemen dasar yaitu :
1.                   Lingkungan alam, dimana Ecological integrity yang akan terwujud jika masyarakat (baik secara individu maupun berkelompok) hidup selaras dengan lingkungan alam.
2.                   Pembangunan ekonomi, untuk mencapai tingkat Economic security, yang dapat mengontrol bahwa masyarakat (secara individu dan kelompok) dapat hidup dengan kondisi sosial ekonomi mereka sendiri;
3.                   Pembangunan yang bertumpu pada masyarakat, Democracy akan tercipta karena partisifasi masyarakat.
Dalam pembangunan berkelanjutan, faktor kualitas lebih diutamakan dari pada kuantitas, dan lebih ditujukan pada perbaikan dan peningkatan seluruh aspek kehidupan manusia untuk hari ini dan dimasa mendatang. Dengan demikian pembangunan berkelanjutan dapat juga diartikan sebagai perbaikan mutu kehidupan manusia dengan tetap berusaha tidak melampaui kemampuan daya dukung ekosistem yang mendukung kehidupannya, sehingga keberadaan ekosistem akan tetap terjaga dan kualitas lingkungan tidak akan mengalami penurunan.
Dari sudut pandang pembangunan berkelanjutan (sustainable development), pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan di Indonesia dihadapkan pada kondisi yang bersifat mendua, atau berada di persimpangan jalan. Di satu pihak, ada beberapa kawasan pesisir yang telah dimanfaatkan (dikembangkan) secara intensif. Sehingga, indikasi telah terlampauinya daya dukung dan kapasitas keberlanjutan (potensi lestari) dari ekosistem pesisir dan lautan, seperti pencemaran, tangkap lebih (overfishing), degradasi fisik habitat pesisir, dan abrasi pantai, telah muncul di kawasan-kawasan pesisir termaksud. Fenomena ini telah dan masih berlangsung, terutama di kawasan-kawasan pesisir yang padat penduduknya dan tinggi tingkat pembangunannya (Dahuri, dkk, 1996)

Konsep Pembangunan Pedesaan

Nelayan Village
Nelayan Village
Pembangunan pedesaan pada dasarnya merupakan suatu proses modernisasi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia ke arah kehidupan dan penghidupan yang lebih baik di masa mendatang. Secara umum dapat dikemukakan tiga unsur utama yang perlu diperhatikan bagi keberhasilan pembangunan pedesaan yaitu :
1) keikutsertaan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan;
2) munculnya gagasan baru dalam masyarakat mengenai kehidupan di masa datang;
3) adanya teknologi tepat guna dan padat karya (Bintarto, 1989).
Salah satu kegiatan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan yaitu pemanfaatan lahan untuk aktivitas pertanian. Berhasil dan berkembangnya pembangunan pertanian di wilayah pedesaan akan sangat tergantung pada produktivitas usaha yang dilakukan. Produktivitas usaha yang dilakukan menunjuk pada sejauh mana usaha yang dilakukan tersebut dapat memberikan peningkatan penghasilan dan kesejahteraan bagi petani.  Jika suatu usaha tani mengalami penurunan produktivitas maka petani akan mencari alternatif lain dalam menanggulanginya, salah satunya yaitu dengan melakukan perubahan kegiatan pemanfaatan lahan pertanian tersebut pada suatu usaha baru.
Lahan sebagai faktor produksi merupakan unsur penting yang akan banyak mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat. Hal ini didasarkan pada suatu konsep berfikir bahwa pemanfaatan lahan sebagai variabel pengaruh (independent variable) akan mempengaruhi parameter ekonomi (mata pencaharian, tingkat pendapatan, tenaga kerja, pola usaha dan sistem tata niaga) dan parameter sosial (tingkat pendidikan, komunikasi, organisasi dan kelembagaan, pola penguasaan lahan dan dukungan pemerintah) yang merupakan variabel terpengaruh (dependent variable).
Perubahan kegiatan pemanfaatan lahan yang terjadi pada lokasi penelitan, yaitu dari lahan perkebunan kelapa menjadi tambak merupakan suatu aktivitas masyarakat petani nelayan dalam rangka peningkatan tarap hidup. Sejalan dengan semakin berkembangnya aktivitas yang dilakukan, maka akan memberikan pengaruh yang semakin komplek terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di daerah tersebut.
Sumber:
Tesis Fadillah, Pengaruh Perubahan Kegiatan Pemanfaatan Lahan Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kasus : Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir (Magister Perencanaan Kota dan Daerah (MPKD-UGM Tahun 2003)
Categories: