Seperti halnya pada aspek-aspek lain dari
geografi manusia, kajian lokasi industri telah bergeser dari tata
kerjanya yang deskriptif ke yang ilmiah (deduktif). Berbagai teori dan
modelnya telah dirumuskan dengan maksud menjelaskan lokasi-lokasi yang
terdapat dalam lapangan (kenyataannya).
Teori ini tujuannya untuk menemukan atau
menjelaskan lokasi optimal (lokasi terbaik secara ekonomis). Dan
kebanyakan ekonom sependapat bahwa lokasi optimal adalah memberikan
keuntungan maksimal, artinya keuntungan tertinggi yang diroleh dengan
cara mengeluarkan biaya paling rendah. Dan kenyataannnya yang ada di
lapangan sulit ditemukan lokasi yang dapat mengakomodasikan keinginan
untuk memperoleh keuntungan yang maksimal, karena lokasi industri dibagi
ke dalam least cost location dan maksimum revenue location.
Alfred Weber mengemukakan teori least cost location dalam bukunya yang diterjemahkan dalam Bahasa Inggris berjudul About The Location of Industries .
Isi Pokok Teori Weber adalah memilih lokasi industri yangh biayanya
paling minimal (prinsip least cost location) dan untuk mendapatkan enam
pra – kondisi tersebut perlu diasumsikan :
a) Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim dan penduduk (berkaitan dengan ketrampilan).
b) Sumber daya atau bahan mentah yang terdapat di tempat tertentu saja.
c) Upah Buruh yang telah baku, artinya sama dimanapun juga.
d) Biaya transportasi yangt ergantung dari bobor bahan mentah yang diangkut dan dipindahkan.
e) Terdapatnya kompetisi antra industri.
f) Manusia itu berpikir rasional.
Untuk membuktikan adanya enam pra-kondisi yang diasumsikan di atas, Weber menyusun model yang berupa segitiga lokasional (locational triangle).
Dan lokasi industri yang ideal yaitu yang paling rendah biaya
tranportasinya untuk mengangkut bahan mentah dan hasil industri yang ada
pada titik P1 pada setiap segitiga lokasional.
Weber mengemukakan ada tiga faktor utama
penentu lokasi pabrik yaitu material, konsumsi dan tenaga kerja. Asumsi
yang digunakan Weber dalam mengemukakan teori penentuan lokasi pabrik :
a) Hanya tersedia satu jenis alat trasnportasi.
b) Tempat berproduksi (lokasi pabrik) hanya pada satu tempat.
c) Jika ada beberapa bahan mentah yang berasal dari beberapa tempat.
Dengan menggunakan 3 (tiga) asumsi diatas ,
maka biaya transport akan tergantung dari bobot barang atau volume dan
jarak pengangkutan. Weber menggunakan segitiga bobot yang sisinya
menunjukkan perbandingan bobot material-material yang diangkut, dan
segitiga jarak yang menunjukkan jarak pengangkutan.
Alfred Weber dalam menyusun konsepnya tentang least cost locational
(1909) mengadakan penyederhanaan dalam bentangan lahan (homogen dan
datar). Perumusan biaya terendah kegiatan produksi memungkinkan transport cost
terendah. Analisis lebih lanjut menghasilkan lokasi optimal yang
terletak di antara yang disebut isodapane yang mencerminkan lokasi
media.
Gambar: Segitiga lokasional dari Weber
Segitiga Lokasional Weber - Teori Lokasi Industri Weber (Klik gambar untuk memperbesar gambar) |